1. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur
dan berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara
khusus dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam
Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita
memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan
antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa
kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami
peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu,
para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa
memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai
contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan
tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli
ibadah. Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat
lebih utama daripada ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa
memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang
dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid
pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab, “Tafakur.” Dengan
tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat
dari yang membahayakan. Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa
nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan
menyadari bujuk rayu duniawi.
3. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan
akhirat. Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat,
maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan
merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat
nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur,
bertambahlah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah
kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam
mengambil keputusan dengan berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)
4. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim
berkata, “Berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan
perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan
melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir
adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu
keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati
yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih
baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa mengubah dari kelalaian menuju
kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya,
dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju
keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan,
dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan
pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat
penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai
penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang
menentramkan.” (Miftah Daris Sa’adah: 226).